POLISEMI
Sebuah kata atau satuan
ujaran disebut polisemi kalau kata itu mempunyai makna kata lebih dari satu.
Upamanya, kata kepala yang setidaknya
mempunyai makna (1) bagian tubuh manusia, seperti pada contoh kalimat (21); (2)
ketua atau pemimpin, seperti pada contoh kalimat (22); (3) sesuatu yang berada
di sebelah atas, seperti contoh kalimat (23); (4) sesuatu yang berbentuk bulat,
seperti contoh kalimat (24); dan (5) sesuatu atau bagian yang sangat penting,
seperti contoh pada kalimat (25).
(21) kepalanya luka
kena pecahan kaca.
(22) Kepala kantor itu
bukan paman saya.
(23)kepala surat
biasanya berisi nama dan alamat kantor.
(24) kepala jarum itu
terbuat dari plastic.
(25) yang duduk di
kepala meja itu tentu orang penting.
Palmer (1976:65)
mengatakan,”It is also the case that the
same word may have a set of different meanings,” suatu kata yang mengandung
seperangkat makna yang berbeda, mengandung makna ganda. Simpson (1979:179)
mengatakan,”A word which has two (or
more) related meaning,” sedangkan Zgusta mengatakan,”all the possible senses the possible senses the word has.”
Polisemi adalah kata
yang mengandung makna lebih dari satu atau ganda. Karena kegandaan makna
seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna kata
yang di dengar atau dibaca. Kalau kita mendengar orang mengujarkan kata paku, kita ragu-ragu. Apakah yang
dimaksud adalah paku yang digunakan untuk memaku pagar, peti, atau barangkali
yang dimaksud adalah sayur paku? Untuk menghindarkan salah paham tentu kita harus
melihat konteks kalimat.
Polisemi menurut
mangatur sinaga, polisemi ialah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Makna
tersebut tetap memperlihatkan hubungan dengan makna dasarnya. Misalnya, kata kepala memiliki makna berikut
Makna 1 bagian tubuh dari leher ke atas
Makna
2 bagian dari sesuatu yang
terletak di sebelah atas dan merupakan hal yang penting/terutama
Makna 3 bagian dari sesuatu yang berbentuk
bulat
Makna 4 pemimpin atau ketua
Makna 5 jiwa atau orang
Makna 6 akal budi
Makna 2 – 6 masih
berhubungan dengan makna dasar (makna 1) karena dijabarkan dari komponen makna
dasar tersebut. kemima makna itu masih mempertahankan cirri “atas” yang ada
pada makna 1, yang terlihat pada contoh berikut:
1.
Kepala Andri berdarah ketika jatuh dari
sepeda.
2.
Upacara di suku terasing itu dipimpin
oleh kepala suku.
3.
Lihat kepala jarum pentul yang berwarna
merah itu.
4.
Acara ini akan diresmikan oleh ibu
kepala sekolah.
5.
Setiap kepala menerima bantuan Rp.
10.000,00.
6.
Begitu berat beban yang ditanggungnya
sampai terasa kepalanya kosong.